Tampilkan postingan dengan label Science. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Science. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 April 2011

Dimanakah Letak Akal ?

Seperti yang kita tahu bahwa manusia berbeda dengan hewan. apa yang membedakan dengan mereka ?

Manusia punya kaki .. Hewan juga punya
Manusia punya tangan .. Hewan juga punya
Manusia punya kepala .. Hewan juga punya
Manusia punya hati .. Hewan juga punya
Manusia punya jantung .. Hewan juga punya
Manusia punya paru-paru .. Hewan juga punya
Manusia bernafas .. Hewan juga bernafas
Manusia bergerak .. Hewan juga bergerak
Manusia bisa nafsu .. Hewan juga bisa
Manusia punya istri .. Hewan juga punya
Manusia punya mulut .. Hewan juga punya
Manusia punya mata .. Hewan juga punya
Manusia punya darah .. Hewan juga punya
Manusia punya jenis kelamin .. Hewan juga punya
Manusia punya OTAK .. Hewan juga punya

lalu apa sebenarnya bedanya..? Inilah jawabannya..

Manusia Punya AKAL tapi hewan TIDAK

ketika anda membaca dalam hati (membaca tanpa suara), anda masih memahami apa yang anda baca. Seolah-olah anda merasakannya di dada anda (banyak orang bilang itu di hati padahal menurut guru biologi itu bukan hati). Ada juga yang mengatakan bahwa kita bisa memahami hal tersebut karena otak kita bekerja. Bukankah hewan juga punya otak kenapa mereka tidak bisa membaca dalam hati seperti kita.
lalu apa sebenarnya yang bekerja ?
Yang bekerja adalah AKAL manusia. Manusia dikaruniai akal untuk berfikir bukan otak.
Dimanakah letak akal yang sesungguhnya?
Jika kita menarik kesimpulan secara dangkal maka kita akan menjawab bahwa AKAL menjadi satu dengan OTAK (AKAL terletak di OTAK). Jika demikian bagaimana apa yang kita rasakan di dada kita sewaktu kita membaca di dalam hati? Apakah itu letak AKAL kita?

Menurut berbagai sumber yang saya peroleh saya dapat menarik kesimpulan bahwa

AKAL digunakan manusia untuk berfikir dan letaknya tak diketahui sampai sekarang. Sedangkan yang membuat kita merasakan sesuatu di dada pada waktu membaca dalam hati adalah PERASAAN dan belum diketahui juga letak pastinya.
Dapatkah anda menjelaskan hal ini?
di kasih :rating :rating :rating :rating :rating aja juga gak apa-apa
TS gak mau
TS juga gak menolak :cendol :cendol :cendol

Kamis, 28 April 2011

Langit yang Mengembalikan

Demi langit yang mengandung hujan (QS. Ath Thaariq, 86:11). Kata yang ditafsirkan sebagai 'mengandung hujan' dalam terjemahan Alquran ini juga bermakna 'mengirim kembali' atau mengembalikan.
 
Seperti diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri atas sejumlah lapisan. Setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah kita cermati sejumlah contoh fungsi pengembalian dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut. 
 
  • Lapisan Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan.
  • Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa.
  • Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh. 
 
Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Alquran. Ini sekali lagi membuktikan bahwa Alquran adalah firman Allah.
 
Dalam sebuah ayat Alquran pun disebutkan sifat angin yang 'mengawinkan' hingga terbentuknya hujan.
Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan, dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. (QS. Al Hijr, 15:22)
Dalam ayat ini, ditekankan bahwa fase pertama dalam pembentukan hujan adalah angin. Hingga awal abad ke-20, satu-satunya hubungan antara angin dan hujan yang diketahui hanyalah bahwa angin menggerakkan awan. Namun, penemuan ilmu meteorologi modern telah menunjukkan peran 'mengawinkan' dari angin dalam pembentukan hujan.
 
Fungsi 'mengawinkan' dari angin ini terjadi sebagaimana berikut:
 
Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel kecil, dengan diameter seperseratus milimeter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin, dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfir.
Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi ke atas oleh angin, dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun di sekeliling partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul dan membentuk awan, dan kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan. 
 
Sebagaimana terlihat, angin 'mengawinkan' uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang dibawanya dari laut dan akhirnya membantu pembentukan awan hujan. Apabila angin tidak memiliki sifat ini, butiran-butiran air di atmosfir bagian atas tidak akan pernah terbentuk, dan hujan pun tidak akan terjadi.
 
Hal terpenting di sini adalah bahwa peran utama dari angin dalam pembentukan hujan telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam sebuah ayat Alquran, pada saat orang hanya mengetahui sedikit saja tentang fenomena alam.
 
Fakta lain yang diberikan dalam Alquran mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut: "Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)." (QS. Az Zukhruf, 43:11)
 
Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 triliun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut ukuran atau kadar tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.
 
Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Alquran. 
 

Simber : Harun Yahya
 
 

Jumat, 08 April 2011

Functional Surfaces in Biology: Adhesion Related Phenomena Volume 2 by Stanislav N. Gorb (Repost)



This book is devoted to the rapidly growing area of science dealing with structure and properties of biological surfaces in their relation to particular function(s). This volume, written by a team of specialists from different disciplines, covers various surface functions such as protection, defense, water transport, anti-wetting, self cleaning, light reflection and scattering, and acoustics. Because biological surfaces have a virtually endless potential of technological ideas for the development of new materials and systems, inspirations from biology could also be interesting for a broad range of topics in surface engineering.

selengkapnya

Kamis, 07 April 2011

Science and Technology in World History, Vol. 1: The Ancient World and Classical Civilization


Science is a living, organic activity, the meaning and understanding of which have evolved incrementally over human history. This book, the first in a roughly chronological series, explores the development of the methodology and major ideas of science, in historical context, from ancient times to the decline of classical civilizations around 300 A.D. It includes details specific to the histories of specialized sciences including astronomy, medicine and physics--along with Roman engineering and Greek philosophy. It closely describes the contributions of such individuals as Pythagoras, Hippocrates, Socrates, Plato, Aristotle, Alexander the Great, Euclid, Archimedes, Ptolemy, Seneca, Pliny the Elder, and Galen.

Selengkapnya