Sabtu, 13 Agustus 2011

Batas Akhlak










Akhlak mempunyai beberapa batas bila telah melewati batasnya maka boleh
dikatakan keterlaluan. Apabila kurang daripadanya dikatakan kurang dan hina.
Marah memiliki batas, yaitu keberanian yang terpuja, dan enggan melakukan
kekurangan dan kehinaan, dan inilah yang sempurna. Apabila telah melewati
batasnya, maka dikatakan serong. Apabila berkurang dikatakan takut dan tidak
enggan melakukan kerendahan.





Senang kepada dunia itupun mempunyai batas… yaitu
kecukupan dalam urusan dunia dan bisa mendapatkan bekal daripadanya. Apabila
kurang akan terhina dan menyiakan. Apabila tambah dan melebihi target termasuk
tamak dan senang kepada hal yang tidak perlu.





Makdus mempunyai ukuran yaitu cepat-cepat dalam
merebut kesempurnaan. Barangsiapa melewati batas maka termasuk dzalim yang
berkeinginan untuk lenyapnya suatu nikmat dari orang yang dihasudi, lalu senang
menyakitinya. Apabila kurang dari itu, maka termasuk kehinaan, lemah
cita-citanya dan semangat dan berjiwa kecil.





Rasul bersabda:


Tiada hasud kecuali dua hal; seorang lelaki memiliki
harta, lau digunakan untuk kebenaran, dan seorang lelkai yang diberi hikmah
(ajaran al-qur;an atau hadits) lalu ia menghukumi dengan dan diaarkan kepada
manusia (HR. Bukhari).





Ini adalah hasud (baca keinginan) untuk berlomba-lomba
agar seperti orang yang diingini, bukan keinginan yang terhina untuk mencari
agar nikmat orang yang diingini lenyap.





Syahwat juga memiliki ukuran yaitu ketenangan hati dan
pikiran dari melakukan taat, mendapatkan keutamaan dengan susah payah, dan
berupaya untuk mencapainya. Apabila telah melebihi dari hal tersebut maka bisa
dikatakan suka makan dan bisa digabungkan ke derajat binatang. Apabila kurang
daripadanya maka bisa dikatakan lemah dan hina.





Ketenangan mempunyai ukuran mengembalikan tenaga untuk
mempersiapkan diri untuk menjalankan keutamaan sekiranya bisa memperlemah diri
dalam menjalankan kebaikan. Apabila istirahatnya melebihi target bisa dikatakan
suka menunda-nunda persoalan, malas da menyianyiakan waktu, lalu banyak
maslahat diri yang terabaikan. Apabila kurang bisa membahayakan kepada kekuatan
tubuh dan menghinakannya, malah bisa habis tenaga.





Murah hati memiliki batas antara dua sisi, bila
melewati batas dikatakan israf atau tabdzir. Apabila kuranng dikatakan bathil
atau irit.





Keberanian mempunyai batas bila melewatinya bisa
dikatakan serampangan. Apabila kurang daripadanya bisa dikatakan penakut.





Cemburu juga ada batasnya, bila melebihi bisa
dikatakan tuduhan dan sangkaan jelek kepada orang yang bersih, dan bila kurang
daripadanya dikatakan lalai atau prinsip orang yang tidak mempunyai cemburu.





Tawadhu’ juga mempunyai batasa, bila melebihi batas
bisa dikatakan kehinaan atau rendah budi, bila kurang daripadanya bisa
dikatakan congkak atau bangga.





Kemuliaan juga memiliki ukuran, bila melebihi bisa
dikatakan sombong atau akhlak tercela, bila kurang bisa dikatakan hina atau
rendah budi.





Ukuran dalam hal ini adalah adil atau keseimbangan,
yaitu selalu mengambil jalan tengah antara mengabaikan dan terlalu
memperhatikan. Di sinilah kemaslahatan dunia dan akhirat dilandasi, bahkan
kemaslahatan tubuh tidak bisa berjalan baik kecuali dengannya. Apabila
keseimbangan dalam tubuh ini berkurang atau melewati batas maka kesehatanpun
akan porak poranda. Apabila berada dalam keadaan pertengahan antara dua sisi
yang tidak baik, maka termasuk orang yang bisa membuat keseimbangan. Apabila
telah serong ke salah satunya bisa dikatakan kekurangan dan menumbuhkan
kekurangan yang kedua.





Termasuk ilmu yang termulia adalah ilmu tentang batas
atau ukuran, apalagi batas syari’at yang diperintahkan atau yang dilarang, manusia
yang paling alim adalah manusia yang paling mengerti tentang batas itu, hingga
tidak memasukkan apa yang memang tidak termasuk di dalamnya dan tidak
mengecualikan apa yang mestinya tidak terkecuali.





Manusia yang paling sederhana dan paling lurus adalah
manusia yang bisa berbuat sesuatu yang sederhana, berada dijalan tengah baik
akhlak atau perbuatan dan beberapa syari’at yang lain baik bidang pengetahuan
atau perbuatan Wabillahit Taufiq.





Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.Memetik Manfaat Al-Qur’an. Daar Al Yaqiin li An Nasyar wa At
Tauzii’, Mesir, Al Manshur.2000.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar