Nikmat Allah ada tiga, yaitu :
- Nikmat yang
telah diperoleh dan seorang hamba mengetahuinya. - Nikmat yang
masih dinanti dan diharapkan. - Nikmat yang
dialami seseorang tapi ia tidak mengertinya.
Apabila Allah menghendaki untuk memberikan nikmat secara lengkap kepada
hamba-Nya maka dikenalkan nikmat yang ada, lalu diberikannya dan bisa bersyukur
kepadanya sebagai satu ikatan yang kokoh hingga nikmat tersebut tidak lenyap.
Ia akan hilang dengan maksiat dan bisa dikendalikan dengan syukur.
Setelah itu Allah memberikan taufik kepada seseorang untuk melakukan
perbuatan yang bisa menarik nikmat berikutnya, lalu ditujukan kepada jalan yang
akan membantunya, dan memutus jalannya, lalu diberikan taufik untuk
menghindarinya. Tahu-tahu nikmat itu telah datang kepadanya dengan cara lebih
sempurna lalu diberitahu dengan nikmat yang ia tidak menyadarinya padahal
nikmat itu diterimanya.
Diceritakan seorang Arab Badui yang masuk kepada Harun Rasyid lalu
berkata: “Wahai Amirul Mu’minin! Semoga Allah menetapkan kenikmatanmu dengan
cara bersyukur kepadanya, lalu apa yang kamu harapkan semoga bisa terealisir
dengan cara berbaik sangka kepada-Nya dan terus menerus melakukan taat
kepada-Nya, lalu mengenalkan nikmat yang kamu telah mengalaminya, dan nikmat yang
belum kamu ketahui agar kamu bisa mensyukurinya. Lalu kalimat tersebut
membuatnya kagum, lalu berkata: Alangkah baiknya pembagiannya.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.Memetik Manfaat Al-Qur’an. Daar Al
Yaqiin li An Nasyar wa At Tauzii’, Mesir, Al Manshur.2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar