Kamis, 25 Agustus 2011

Interaksi Iman dan Ilmu, Pencemaran Thermal








Antara
tumbuh-tumbuhan di pihak yang lain dengan manusia dan binatang di pihak yang
lain membentuk sistem yang dalam ungkapan bidal Melayu lama berbunyi: Seperti
aur dengan tebing, atau dalam ungkapan modern yang canggih bunyinya: Mutualis
simbiosis, suatu ekosistem saling menghidupi dan menghidupkan. Aur yang tumbuh
di tebing mendapat zat-zat yang dibutuhkan tanaman untuk bertumbuh. Akar-akar
aur menusuk ke dalam tanah di tebing untuk dapat mengisap zat-zat yang
dibutuhkannya itu. Di pihak yang lain tebing mendapatkan manfaat dari akar-akar
rumpun aur, tebing menjadi kuat, tidak mudah terban (tidak pakai g). 


Untuk dapat
hidup, manusia dan binatang harus mengisi perut, makan dan minum dan mengisap
udara, bernafas. Tujuan makan bukan untuk kenyang, karena itu hanya sekadar
kesan saja, melainkan makan pada hakekatnya adalah mengisi tubuh dengan bahan
bakar. Dan bernafas bukan hanya sekadar menghirup udara segar supaya tidak mati
lemas, melainkan mengisi tubuh dengan oksigen dari udara. Di dalam tubuh
manusia dan binatang terjadilah reaksi kimia yang disebut oksidasi. Reaksi
kimia ini menimbulkan panas dan proses tersebut disebut respirasi. Demikianlah
tubuh manusia dan binatang menjadi panas, dan panas ini dipertahankan suhunya
oleh suatu sistem yang musykil dalam tubuh manusia dan binatang, yaitu sistem
pengatur suhu. Menarik nafas artinya memasukkan oksigen ke dalam tubuh,
sedangkan mengeluarkan nafas artinya membuang sampah hasil pembakaran ke udara.
Sebenarnya yang dibuang ke udara itu pada hakekatnya hanya sejenis yang berupa
sampah dan yang lain tidak dipandang sampah. Yang epertama adalah karbon
dioksida, zat asam arang, CO2. Yang kedua adalah air dalam bentuk uap. Air yang
berasal dari menegeluarkan nafas ini dapat dilihat jika kita ada di tempat
dingin. Uap air itu mengembun di udara berupa titik-titik air yang halus,
kelihatannya seperti asap putih atau kabut. 


CO2 ayang
dihasilkan/dikeluarkan dari tubuh manusia dan binatang merupakan polutan, zat
pencemar yang mencemarkan udara. Pencemaran udara oleh CO2 ini bukan
semata-mata dari manusia dan binatang saja, melainkan, dan ini yang lebih
banyak, berasal dari budak-budak tenaga, energy slaves. Tidaklah
berperi-kemanusiaan, jika manusia memperbudak sesamanya manusia. Akan tetapi
oleh karena pada dasarnya manusia suka memperbudak, maka manusia memperbudak
binatang, tenaga otot binatang dimanfaatkan untuk bekerja. Setelah James Watt
mendapatkan mesin uap, maka manusia memproduksi budak-budak tenaga secara
massal, yaitu mesin-mesin yang dayanya lebih besar dari daya otot binatang. Dan
mesin-mesin ini menghasilkan CO2 jauh lebih banyak ketimbang CO2 yang berasal
dari manusia dan binatang. Sehingga sangat perlu sekali dilaksanakan birth
control terhadap budak-budak tenaga ini. Mengapa? Oleh karena CO2 ini adalah
zat pencemar yang menyebabkan terjadinya pencemaran thermal, thermal pollution.
Bumi jadi panas, suhunya naik, es di kutub utara dan selatan mencair, air laut
naik, maka terjadilah banjir yang akan lebih hebat dari banjir di zaman Nabi
Nuh AS. Dan naiknya permukaan laut ini bukan teori omong kosong, betul-betul
naik menurut hasil intizhar atau observasi. 


Mengapa CO2
itu menjadi penyebab pencemaran thermal, informasinya seperti berikut: Lapisan
udara yang mengandung CO2 yang banyak, menyebabkan permukaan bumi ditutupi oleh
lapisan CO2. Ini menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Di tempat yang
beriklim dingin, jika ingin menanam buah-buahan dan sayur-sauran yang
membutuhkan suhu yang lebih tinggi dari suhu udara luar, maka buah-buahan dan
sayur-sayuran itu ditanam di dalam rumah kaca. Gelas atau kaca adalah zat
bening, radiasi matahari gampang menerobos masuk. Radiasi matahari yang disebut
photon itu memukul molekul-molekul udara dalam rumah kaca. Getaran molekul udara
itu dipacu oleh photon itu, maka bertambah intensiflah getaran molekul udara
itu, yang membawa kesan fenomena naiknya suhu udara, karena itulah udara
bertambah panas. Kaca adalah penghantar panas yang jelek. Maka terperangkaplah
panas itu dalam rumah kaca. Photon mudah menerobos masuk, namun setelah tenaga
radiasi itu sudah ditransfer menjadi tenaga panas dalam rumah kaca, gelombang
panas tidak/kurang mampu menerobos keluar. Inilah efek rumah kaca. Juga CO2
adalah zat bening mudah ditembus photon matahari. Juga CO2 adalah zat pengantar
panas yang jelek. Maka terperangkaplah gelombang panas dalam ruang antara
lapisan CO2 dengan permukaan bumi, seperti halnya gelombang panas dalam rumah
kaca. 


Demikianlah
seterusnya gejala alam berupa naiknya suhu di permukaan bumi ini, atau
globalisasi thermal ini, maka Allah SWT memberikan informasi kepada ummat
manusia sejak lebih 14 abad yang lalu. Berfirman Allah SWT dalam Al Quran, S.
Yasin, ayat 80 sebagai berikut: Alladzie ja'alalakum minasysyajari-lakhdhari
naaran faidzaa antum minu tuuqiduun. artinya: Yaitu Yang menjadikan bagimu api
dalam (zat) hijau pohon dan dengan itu kamu dapat membakar. Sepintas lalu
secara common sence, kita menjumpai pertentangan antara akal dengan wahyu. Akal
kita mengatakan, bahwa api itu atau yang dibakar itu bukan dari pohon yang
hijau, melainkan dari kayu-kayuan dan daun-daunan yang kering berwarna coklat.
Ada kitab tafsir yang mencoba menjelaskan bahwa ada sejenis pohon yang dapat
dijadikan kayu bakar, walaupun masih hijau. Tetapi akal kita mengatakan bahwa
menurut qaidah bahasa Arab, bentuk mudzakkar (laki-laki) asysyjaru-lakhdhar
dalam ayat di atas menunjuk kepada pohon secara keseluruhan, bukan hanya
sekadar sejenis pohon. Kalaulah yang dimaksud hanya sejenis, atau sebahagian
pohon, maka harus memakai bentuk muannats (perempuan), yaitu
asysyaratu-lkhadhraau. Jadi penafsiran dalam kitab tafsir tersebut tidak/belum
dapat memecahkan permasalahan adanya pertentangan antara akal dengan
wahyu. 


Kalau
terjadi pertentangan antara akal dengan wahyu, maka akal harus mengalah.
Seperti telah dijelaskan dalam Seri 001, akal membutuhkan informasi untuk
berpikir. Akal harus mengalah kepada wahyu, oleh karena dalam keadaan yang
demikian itu adalah suatu isyarat bahwa akal membutuhkan informasi yang lebih
canggih untuk dapat merujuk akal itu kepada wahyu. Dan informasi ini bersumber
dari ilmu fisika, kimia, botani dengan pengkhususan anatomi tumbuh-tumbuhan.
Reaksi thermonuklir di matahari mentransfer wujud tenaga nuklir menjadi tenaga
radiasi yang berwujud sinar gamma yang menembus ke lapisan bagian luar dari
matahari. Sinar gamma itu mengalami penyusutan energi karena menembus lapisan
matahari itu. Setelah sampai di bagian luar sinar yang telah berdegradasi
energinya itu dikenal sebagai photon, lalu memancar ke sekeliling matahari,
antara lain menyiram permukaan bumi. 


Tumbuh-tumbuhan
dibangun oleh bahagian-bahagian kecil yang disebut sel. Di dalam inti sel
terdapat butir-butir pembawa zat warna. Yang terpenting di antara butir-butir
itu adalah pembawa zat warna hijau, yang disebut khlorophyl, zat hijau daun
(istilah ilmiyah dari bahasa Yunani, Kholoros = hijau, Phyllon = daun).
Khlorophyl ini menangkap photon dari matahari dan mengubah wujud tenaga photon
itu menjadi tenaga potensial kimiawi dalam makanan dan bahan bakar hidrokarbon
di dalam molekul-molekul melalui proses photosynthesis. Dalam proses
photosynthesis oleh khlorophyl ini dari bahan baku CO2 dan air dan photon
dihasilkan makanan dan bahan bakar hidrokarbon dan oksigen. Selanjutnya melalui
proses respirasi dalam tubuh manusia dan binatang dan budak-budak tenaga,
makanan dan bahan bakar itu dengan oksigen dari udara berubahlah pula menjadi
CO2 dan air. Demikianlah seterusnya daur atau siklus itu berlangsung.
Photosynthesis - CO2 dan air - respirasi - makanan, bahan bakar, dan oksigen.
Jadi tumbuh-tumbuhan mengambil CO2 dan mengeluarkan oksigen. Sebaliknya manusia
dan binatang mengambil oksigen dan mengeluarkan CO2. 


Secara
gampangnya asysyajaru-lakhdhar itu adalah pabrik makanan / bahan bakar dan
oksigen. Bahan mentahnya adalah air dan CO2. Mesin pabrik adalah photon dan
proses dalam pabrik yang mengolah air dan CO2 menjadi makanan / bahan bakar dan
oksigen disebut proses photosynthesis. Makanan dibakar dengan oksigen dalam
tubuh manusia, oksigen dihisap dari udara, demikian pula bahan bakar dibakar
dengan oksigen dalam mesin-mesin pabrik. Oksigen disedot dari udara. Itulah
ma'na minasysyajari-lakhdhari naaran faidzaa antum minhu tuuqiduun. Demikianlah
ilmu fisika, kimia, botani dengan pengkhususan anatomi tumbuh-tumbuhan membantu
kita untuk dapat memahami S. Yasin, ayat 80 dengan baik, memberikan informasi
yang cukup bagi akal kita, sehingga menghilangkan pertentangan antara akal
dengan wahyu. 


Alhasil,
jika informasi itu cukup lengkap bagi akal, akan hilanglah pertentangan antara
akal dengan wahyu. Pemakaian istilah asysyjaru-lakhdhar, zat hijau pohon dalam
Al Quran lebih tepat dari istilah ilmiyah khlorophyl, zat hijau daun, oleh
karena zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja, melainkan pada
seluruh bagian pohon asal masih berwarna hijau, mulai akar yang tersembul asal
masih hijau, dari batang asal masih hijau, cabang asal masih hijau, ranting,
daun, sampai ke pucuk serta buah yang masih hijau. 


Dari S.
Yasin, ayat 80 itu, dengan penjelasan berupa informasi dari ilmu fisika, kimia,
botani dengan pengkhususan anatomi tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu bantu untuk
dapat mengerti wahyu dengan baik dan jelas, dapatlah kita lihat bagaimana
pentingnya hutan. Bukan hanya sekadar mengendalikan air di dalam tanah dan
permukaan bumi, tidak banjir di musim hujan dan tidak kering di musim kemarau.
Akan tetapi, dan ini yang lebih penting, adalah untuk terjadinya daur:
tumbuh-tumbuhan penghasil oksigen, yang membutuhkan CO2 - manusia dan binatang
penghasil CO2, yang membutuhkan oksigen. Maka terjadilah seperti yang
diungkapkan oleh bidal Malatyu lama: seperti aur dengan tebing, mutualis
simbiosis. 


Demikianlah
uraian interaksi iman dan ilmu dalam ruang lingkup daur CO2 dan oksigen dalam
pengetahuan lingkungan khusus globalisasi pencemaran thermal dan pentingnya
hutan. WaLlahu a'lamu bishshawab. 





Sumber : H.Muh.Nur
Abdurrahman





Tidak ada komentar:

Posting Komentar