Senin, 12 September 2011

Syi’ah: Pengertian dan Asal-usul Kemunculannya



Syi’ah dilihat dari segi bahasa berarti pengikut, pendukung, partai atau kelompok, sedangkansecara terminology adalah sebagian kaummuslimin yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunanNabi Muhammad SAW atau orang yang disebut sebagai ahl al-bait. Poin pentingdalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama itubersumber dari ahl al-bait. Merekamenolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya.

Menurut Thabathbai, istilah Syi’ah untuk pertama kalinya ditujukan pada para pengikut Ali,pemimpin pertama ahl al-bait padamasa nabi Muhammad SAW. Para pengikut Ali yang disebut Syi’ah itu di antaranyaadalah Abu Dzar Al-Ghiffari, Miqad bin Al-Aswad, dan Ammar bin Yasir.

Pengertian bahasa dan terminologis di atas hanyamerupakan dasar yang membedakan Syi’ah dengan kelompok Islam lainnya. Didalamnya belum ada penjelasan yang memadai mengenai Syi’ah berikut doktrin-doktrinnya.Meskipun demikian, pengertian di atas merupakan titik tolak penting bagimadzhab Syi’ah dalam mengembangkan dan membangun doktrin-doktrinnya yangmeliputi segala aspek kehidupn, seperti imamah,taqiyah, mut’ah dan sebagainya.

Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapatperbedaan pendapat di kalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa akhirpemerintahan Utsman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masapemerintahan Ali bin Abi Thalib. Adapun menurut Watt, Syi’ah baru benar-benarmuncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Muawiyah yang dikenaldengan Perang Siffin. Dalampeperangan ini, sebagai respon atas permintaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Muawiyah,pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikapAli—kelak disebut Syi’ah—dan kelompoklain menolak sikap Ali, kelak disebut Khawarij.

Kalangan Syi’ah sendiri berbeda pendapat bahwakemuncukan Syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti (khalifah) Nabi SAW. Mereka menola kekhalifahan Abu Bakar, Umar binKhattab dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin AbiThaliblah yang berhak menggantikan Nabi. Kepemimpinan Ali dalam pandanganSyi’ah tersebut sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan oleh Nabi SAWpada masa hidupnya. Pada awal kenabian, ketika Muhammad SAW diperinthakanmenyampaikan dakwah kepada kerabatnya, yang pertama-tama menerima adalah Alibin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada saat itu mengatakan orang yangpertama-tama memenuhi ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selainitu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali menrupakan orang yang menunjukkan perjuangandan pengabdian yang luar biasa besar.

Perbedaan pendapat di kalangan para ahli mengenaikalangan Syi’ah merupakan sesuatu yang wajar. Para ahli berpegang teguh padafakta sejarah “perpecahan” dalam Islam yang memang mulai mencolok pada masapemerintahan Usman bin Affan dan memperoleh mementumnya yang paling kuat padamasa pemerintahan Ali bin Abi Thalib tepatnya setelah Perang Siffin, berdasarkan hadis-hadis yang mereka terima dari ahl al-bait, berpendapat bahwaperpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW wafat dan kekhalifahannya jatuh ketangan Abu Bakar. Segera setelah itu terbentuklah Syi’ah. Bagi mereka, pada masa kepemimpinan Al-Khulafa Al-rasyidun sekalipun, kelompok Syi’ah sudah ada. Merekabergerak di bawah permukaan untuk mengajarkan dan menyebarkan doktrin-doktrinSyi’ah kepada masyarakat. Tampaknya, Syi’ahsebagai salah satu faksi politik Islam yang bergerak secaraterang-terangan, memang baru muncul pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib,sedangkan Syi’ah sebagi doktrin yang diajarkan secara diam-diam oleh ahl al-bait muncul segera setelahwafatnya Nabi.

Dalam perkembangannya, selain memperjuangkan hak kekhalifahanahl al-bait di hadapan Dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, Syi’ah juga mengembangkandoktrin-doktrinnya sendiri. Berkaitan dengan teologi, mereka mempunyai limarukun iman, yakni tauhid (kepercayaankepada keesaan Allah); nibuwwah (kepercayaankepada kenabian); ma’ad (kepercayaanakan adanya hidup di akhirat); imamah (kepercayaanterhadap adanya imamah yang merupakan hak ahlal-bait); dan adl (keadilahIlahi). Dalam Ensiklopedia IslamIndonesia ditulis bahwa perbedaan antara Sunni dan Syi’ah terletakpada doktrin imamah. Meskipunmempunyai landasa keimanan yang sama, Syi’ahtidak dapat mempertahankan kesatuannya. Dalam perjalanan sejarah, kelompokini akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan ini terutama dipicuoleh masalah doktrin imamah. Diantarasekte-sekte Syi’ah itu adalah Itsna Asyi’ariyah, Sab’iyah, Zaidiyah, danGhullat.

Sumber : Dr. Abdul Rozak, M.Ag., dan Dr. Rosihon,M.Ag, “Ilmu Kalam”. Pustaka Setia. Bandung : 2001.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar